Feeds:
Pos
Komentar

Archive for Maret 27th, 2009

Tahun 1982 lahir ”Bruntland Report” yang berisi pesan-pesan pembangunan berkelanjutan sebagai wujud tanggung jawab moral generasi sekarang untuk memperhatikan hak-hak generasi yang akan datang. Satu dekade kemudian PBB mengagas ”Agenda 21” yang merupakan hasil KTT Bumi di Rio de Jeneiro, Brazil, dengan 21 agenda utama yang berfokus pada penghapusan kemiskinan, peningkatan peran perempuan dalam pembangunan dan pelestarian lingkungan hidup. Konsep yang dihasilkan menjadi acuan yang diadopsi oleh banyak negara-negara berkembang dalam perencanaan pembangunan. Dalam kurun waktu tersebut banyak pula kejadian-kejadian luar biasa yang mempengaruhi kualitas pencapaian agenda-agenda yang telah ditetapkan, seperti penyebaran HIV/AIDS yang ”mendunia” melalui metode dan cara-cara yang diluar kesadaran mental manusia, mulai dari jarum suntik hingga transfusi darah yang tidak aman, peperangan diberbagai belahan dunia, serta krisis ekonomi di Asia Tenggara.

Akar persoalan seperti tingkat buta huruf yang masih rendah, kemiskinan dan sebagainya masih belum dapat diselesaikan karena belum adanya target kuantitatif yang menjadi acuan. Hal tersebut menjadi cikal bakal lahirnya ”Millenium Development Goals/MDGs” sebagai hasil kesepakatan dari 198 negara pada September tahun 2000, dengan menetapkan target kuantitatif yang akan dicapai pada tahun 2015.

Konsep ini muncul dengan pemikiran bahwa ada beberapa hal yang membuat masyarakat menjadi tetap rentan (vulnerable) dan tidak mampu memenuhi kebutuhan dasarnya, sehingga ditetapkan delapan tujuan beserta target–target indikator yang diharapkan mampu membantu mereka keluar dari persoalan–persoalan yang sangat mendasar dalam keterbelakangan tersebut.

MGDs mengusung tiga tema sentral yaitu “human development, human security and human rights”. Kerangka MDGs sebenarnya hanyalah salah satu upaya untuk menyamakan visi global yang kemudian diterjemahkan kedalam aksi-aksi lokal pembangunan. Konsep MDGs pada intinya bertujuan untuk membawa pembangunan kearah yang lebih adil bagi semua pihak. Bagi manusia dan lingkungan hidup, bagi laki-laki dan perempuan, bagi orang tua dan anak-anak, serta bagi generasi sekarang dan generasi mendatang.

Indonesia sebagai salah satu Negara yang ikut mengadopsi kesepakatan MDGs juga menetapkan target-target pencapaian tujuan MDGs di tahun 2015 sebagai berikut :

1. Penghapusan kemiskinan;

  • Target 1 : Menurunkan proporsi penduduk yang tingkat pendapatannya di bawah $1 perhari menjadi setengahnya antara tahun 1990-2015
  • Target 2 : Menurunkan proporsi penduduk yang menderita kelaparan menjadi setengahnya antara tahun 1990–2015

2. Pencapaian pendidikan dasar untuk semua;

  • Target 3 : Memastikan pada tahun 2015 semua anak dimanapun, laki-laki maupun perempuan, dapat menyelesaikan pendidikan dasar

3. Kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan;

  • Target 4 : Menghilangkan ketimpangan gender di tingkat pendidikan dasar dan lanjutan pada tahun 2005 dan di semua jenjang pendidikan tidak lebih dari tahun 2015

4. Penurunan angka kematian anak:

  • Target 5 : Menurunkan angka kematian balita sebesar dua pertiganya antara tahun 1990–2015

5. Meningkatkan kesehatan ibu;

  • Target 6 : Menurunkan angka kematian ibu sebesar tiga perempatnya antara tahun 1990–2015

6. Memerangi HIV/AIDS, malaria dan penyakit menular lainnya;

  • Target 7 : Mengendalikan penyebaran HIV/AIDs dan mulai menurunnya jumlah kasus baru pada tahun 2015
  • Target 8 : Mengendalikan penyakit malaria dan mulai menurunnya jumlah malaria dan penyakit lainnya

7. Menjamin kelestarian lingkungan berkelanjutan;

  • Target 9 : Memadukan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan dengan kebijakan dan program nasional
  • Target 10: Penurunan sebesar separuh, proporsi penduduk tanpa akses terhadap sumber air minum yang aman dan berkelanjutan serta fasilitas dasar pada 2015
  • Target 11: Mencapai perbaikan yang berarti dalam kehidupan penduduk miskin di pemukiman kumuh pada tahun 2020

8. Membangun kemitraan global untuk pembangunan MDGs dan Pembangunan Daerah

Dari 8 tujuan tersebut ditetapkan 48 indikator untuk mengukur ketercapaian tujuan tersebut. Sejak penetapannya pada tahun 2000, MDGs telah menjadi framework global dalam pembangunan dibeberapa sektor penting. Hal ini karena cakupannya yang komprehensif dan terukur, serta mampu menyamakan visi global untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Tujuan Pembangunan Milenium menetapkan tahun 2015 sebagai batas waktu pencapaian target-targetnya, dengan mengambil tahun 1990 sebagai baseline data kuantitatifnya. Untuk skala kabupaten, selain mengacu pada target pencapaian MDGs, pelaksanaan pembangunan juga mengacu pada target yang ditetapkan melalui Standar Pelayanan Minimum (SPM) setiap sektor baik yang ditetapkan secara nasional maupun melalui Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), Rencana Strategis Daerah (Renstrada), Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Kabupaten dan sebagainya untuk beberapa indikator yang berbeda.

Karena targetnya yang secara kuantitatif terukur data yang akurat menjadi kunci utama yang menggambarkan tingkat pencapaiannya. Kendala yang dihadapi didaerah adalah beberapa indikator tidak mempunyai data serial sejak tahun 1990 untuk perbandingan dengan target tahun 2015. Sehingga tidak diketahui secara pasti apakah indikator-indikator yang ditetapkan mengalami kemajuan atau kemunduran dalam perkembangannya. Tetapi melihat trend yang terjadi dalam dua dekade terakhir ini, ada indikator yang mencerminkan perkembangan yang positif seperti penurunan angka kematian ibu dan angka kematian balita, partisipasi sekolah, akses yang sama antara anak laki-laki dan perempuan terhadap kesempatan bersekolah. Ada pula indikator yang justru bergerak mundur, seperti menurunnya jumlah sumber air bersih yang aman dan berkelanjutan, meningkatnya pemakaian kayu bakar untuk bahan bakar rumah tangga, dan meningkatnya jumlah penduduk miskin, serta ada pula indikator yang stagnan seperti pemberantasan penyakit menular yang trend-nya muncul silih berganti. Kalau di era 90-an HIV/AIDS yang membuat masyarakat dunia khawatir, tetapi di akhir dekade tersebut dan awal tahun 2000-an muncul penyakit vital yang lain seperti SARS kemudian Flu Burung, malaria, DBD serta penyakit-penyakit tropis lain yang terabaikan seperti kusta (Indonesia masih urutan ketiga didunia setelah India dan Brazil), kaki gajah dan sebagainya.

Selama ini proses pengumpulan data pendidikan, kesehatan, sosial, ekonomi, lingkungan hidup dan sebagainya dilakukan dengan cara sensus dan survei. Sensus tidak dapat dilakukan secara kontinyu setiap tahun karena keterbatasan dana serta hanya terbatas pada informasi-informasi dasar saja, sedangkan dengan cara survei umumnya hanya dapat menghasilkan rata-rata kabupaten, propinsi dan nasional. Rata-rata kabupaten yang dihasilkan kadang-kadang kurang representatif karena sampel yang tidak cukup besar sehingga data kurang mampu mewakili keadaaan yang sesungguhnya.

Selain itu, pelaksanaan otonomi daerah menyebabkan banyak tanggung jawab pembangunan yang dialihkan kedaerah. Oleh karena itu perlu ada upaya untuk membantu meningkatkan kapasitas daerah dalam melaksanakan pembangunan. Sehingga pengalihan fungsi dan tanggung jawab tidak memperburuk kehidupan berbangsa tetapi daerah mampu menjadi pilar-pilar yang kuat untuk mendukung negara ini.

Perlu dipahami bahwa isu-isu yang ada dalam MDGs bukanlah hal baru. Persoalan-persoalan tersebut sebenarnya sudah ada dari dulu. Hanya konsep MDGs menyusunnya kembali secara struktural dan menetapkan target kuantitatif secara global kemudian diterjemahkan kedalam aksi-aksi yang bersifat lokal. Seperti dijelaskan di bagian awal bahwa ada banyak persoalan yang membuat orang miskin tidak mampu keluar dari kemiskinannya. Selama ini persoalan kemiskinan memberi peluang bagi setiap pihak yang memiliki tanggung jawab untuk mencari alasan untuk melepaskan tanggung jawabnya. Hal ini disebabkan oleh banyaknya indikator kemiskinan yang ditetapkan oleh banyak pihak, menyebabkan data dapat dipermainkan sesuai kebutuhan, serta tidak ada upaya yang sungguh-sungguh untuk melihat apa akar persoalan.

MDGs seperti piramida terbalik yang memberi ruang bagi langkah-langkah kecil baik upaya individu maupun kelompok, yang mengandung visi global. Kalau satu rumah tangga bisa mengurangi pemakaian kayu bakar, maka dia memberi kontribusi terhadap upaya global memerangi pemanasan global. Kalau satu rumah tangga hemat menggunakan air bersih maka dia turut menjaga sumber air bersih yang aman dan berkelanjutan. Kalau satu rumah tangga bisa diangkat dari kemiskinan maka kita turut menjaga upaya global untuk mengeluarkan orang miskin dari kerentanan hidupnya.

Read Full Post »

If ever you wondered if you touched my soul, yes you do.
Since I met you I’m not the same.

You bring life to everything I do.

Just the way you say hello. With one touch I can’t let go.
Never thought I’d fall in love with you.

Chorus : Because of you. My life has changed.

Thank you for the love and the joy you bring.

Because of you I feel no shame. I’ll tell the world it’s because of you.

Sometimes I get lonely and all I gotta do is think of you.

You captured something inside of me.

You make all of my dreams come true.

It’s not enough that you love me for me.

You reached inside and touched me internally.

I love you best explains how I feel for you.

Chorus: Because of you. My life has changed.

Thank you for the love and the joy you bring.

Because of you I feel no shame.

I’ll tell the world it’s because of you.

Br: The magic in your eyes, true love I can’t deny.

When you hold me I just lose control.

I want you to know that I’m never letting go.

You mean so much to me, I want the world to see it’s because of you.

Chorus: Because of you. My life has changed. Thank you for the love
and the joy you bring. Because of you I feel no shame. I’ll tell
the world it’s because of you.

My life has changed. Thank you for the love and
joy you bring. Because of you I feel no shame.

I’ll tell the world it’s because of you

Read Full Post »

When the visions around you, bring tears to your eyes
And all that surrounds you, are secrets and lies
I’ll be your strength, I’ll give you hope keeping your faith when it’s gone
The one you should call, we’re standing here all along

chorus:

And I will take, you in my arms, and hold you right where you belong
‘Till the day my life is through, this I promise you
This I promise you

I’ve loved you forever, in lifetimes before
And I promise you never, will you hurt anymore
I give you my word, I give you my heart
This is a battle we’ve won And with this now forever has now begun

Just close your eyes, each loving day
And know this feeling won’t go away, nooo
‘Till the day my life is through, this I promise you
This I promise you

Over and over I fall, when I hear you call
Without you in my life baby I just wouldn’t be living at all

Chorus:

And I will take, (I will take you in my arms), you in my arms
And hold you right where you belong (right where you belong)
‘Till the day my life is through, this I promise you babe

Just close your eyes, each loving day (each loving day)
And know this feeling won’t go away, (no)
Every word I say is true, this I promise you

Every word I say is true, this I promise you

Read Full Post »

Snow is falling from the sky In the middle of July
Sun was shining in my eyes again last night
Alarm goes off without a sound

The silence is so loud Something isn’t right

Footsteps echo down the hall No one’s there at all
Dial your number but your voice says “I’m not home”
Everything is inside out I don’t know what it’s about

It keeps getting stranger by the day
Stranger by the day
It keeps getting stranger by the day
Stranger by the day

Going for a walk outside To see what I can find
No reflection in the windows I pass by It feels hotter in the shade
Water’s running up the drain Something’s going on

Conversations with a mime Stared at by the blind
Imagination must be working overtime The world is upside down
Everything is turned around

It keeps getting stranger by the day
Stranger by the day
It keeps getting stranger by the day
Stranger by the day

By the time I reach your door I can’t take anymore

I just happened to be in your neighborhood
I’m the one who gets surprised I don’t believe my eyes Your alibi’s no good

Whatever happened to the world

Whatever happened to the girl I thought I knew

It just can’t be true I guess I’m losing you

Stranger by the day Stranger by the day It keeps getting,
Stranger by the day Stranger by the day ..

Read Full Post »

I WILL SURVIVE – Cake

At first I was afraid I was petrified

I kept thinking I could never live without you by my side

But then I spent so many nights Just thinking how you’d done me wrong

And I grew strong I learned how to get along

So now you’re back From outer space

I just walked in to find you here Without the look upon your face

I should have changed my f-ing lock
I would have made you leave your key

If I’d have known for just one second You’d be back to bother me

Oh now go, Walk out the door

Just turn around now You’re not welcome anymore
Weren’t you the one who tried to break me with desire
Did you think I’d crumble Did you think I’d lay down and die

Oh no, not I I will survive

As long as I know how to love I know I’ll be alive
I’ve got all my life to live I’ve got all my love to give
I will survive I will survive

Yeah, yeah

It took all the strength I had Just not to fall apart
I’m trying hard to mend the pieces Of my broken heart
And I spent oh so many nights Just feeling sorry for myself

I used to cry But now I hold my head up high

And you see me With somebody new

I’m not that stupid little person still in love with you
And so you thought you’d just drop by And you expect me to be free
But now I’m saving all my loving For someone who’s loving me

Oh now go, Walk out the door Just turn around now
You’re not welcome anymore

Weren’t you the one who tried to break me with desire
Did you think I’d crumble Did you think I’d lay down and die
Oh no, not I I will survive
As long as I know how to love I know I’ll be alive
I’ve got all my live to live I’ve got all my love to give
I will survive I will survive

Read Full Post »

Padi – Harmony

Aku mengenal dikau
Tak cukup lama…separuh usia ku
Namun begitu banyak..pelajaran
Yang aku terima

Kau membuatku mengerti hidup ini
Kita terlahir bagai selembar kertas putih
Tinggal kulukis dengan tinta pesan damai
Kan terwujud Harmony…

Segala kebaikan..
Takkan terhapus oleh kepahitan
Kulapangkan resah jiwa..
Karna kupercaya..
Kan berujung indah

Kau membuatku mengerti hidup ini
Kita terlahir bagai selembar kertas putih
Tinggal kulukis dengan tinta pesan damai
Kan terwujud Harmony

Read Full Post »

Para ahli lingkungan hidup mulai menyadari bahwa paradigma pembangunan berkelanjutan telah gagal. Menurut mereka, disepakatinya paradigma ini juga sebagai kemunduran bahkan kekalahan dari aktivis/pembela lingkungan hidup, di mana pemenangnya adalah pembela ideologi developmentalisme. Kelemahan utama dari paradigma pembangunan berkelanjutan :

1. Tidak ada kurun waktu yang jelas dan terukur dari sasaran pembangunan berkelanjutan.

2. Asumsinya lebih mengedepankan antroposentrisme yang sempit.

3 Manusia diyakini bisa menentukan daya dukung ekosistem lokal dan regional.

4. Menjadikan ideologi materialisme dan developmentalisme diterima begitu saja sebagai yang benar.

Kini, ada tawaran baru yakni paradigma ”keberlanjutan ekologi” sebagai ganti dari paradigma pembangunan berkelanjutan. Sasaran utamanya bukan pembangunan itu sendiri, melainkan melestarikan lingkungan hidup. Keberlanjutan ekologi akan dicapai jika terjadi perubahan mendasar dalam kebijakan politik-ekonomi. Karenanya diperlukan pendekatan kultural (melalui pendidikan, penyuluhan, kampanye lingkungan hidup, dan lain-lain) serta pendekatan struktural (jalur politik). Kebanyakan para pembela lingkungan hidup cenderung bergerak di kampus, laboratorium dan lapangan, sedikit sekali di antara mereka yang masuk jalur politik, khususnya lewat parpol. Wilayah ini cenderung banyak dijauhinya, padahal wilayah politik sangat menentukan ke mana arah kebijakan ditentukan.

Kebijakan keberlanjutan ekologi tidak perlu dibakukan untuk semua negara, namun disesuaikan dengan kondisi ekologi masing-masing negara di satu sisi serta kondisi sosial-budaya dan ekonomi masyarakat di sisi lain. Masyarakat perlu diajak untuk mengembangkan kegiatan ekonomi yang berbasis ekologi demi memberikan penghidupan yang layak. Ini berupa modal dari potensi internal yang gradual dan terarah; kemampuan teknologi, pengembangan skill teknis budidaya dan keterampilan masyarakat; pasar domestik untuk memasarkan produk rakyat; manajemen dan informasi guna menyokong kekuatan ekonomi rakyat.

Sasaran utama dari paradigma keberlanjutan ekologi ini bukanlah pembangunan, tapi mempertahankan dan melestarikan ekologi dan seluruh kekayaannya. Dengan begitu pengembangan kehidupan ekonomi dilakukan sekaligus melestarikan ekosistem disekitarnya. Tolok ukur keberhasilan paradigma ini bukanlah indikator material, tetapi pada kualitas hidup yang dicapai dengan menjamin kehidupan ekologis, sosial-budaya dan ekonomi secara proporsional. Gaya hidup yang dibangun tidak lagi gaya hidup yang didasarkan pada produksi dan konsumsi yang berlebihan, melainkan pada apa yang disebut Arne Naess sebagai ”simple in means, but rich in ends, ” bukan having more tapi being more (Keraf, 2002).

Paradigma keberlanjutan ekologi ini juga memerlukan perubahan watak manusia yang mendiami bumi ini. Jika sebelumnya manusia dipandang sebagai pusat dari alam, dan apa yang ada di alam digunakan untuk memuaskan kepentingan-kepentingan manusia, maka watak manusia harus dirubah ke arah ekosentrisme. Ekosentrisme berpandangan bahwa semua elemen yang ada dalam alam ini saling berhubungan, baik mahluk hidup maupun benda mati. Semua kehidupan, mahluk hidup dan benda-benda abiotis lainnya memiliki nilai dalam dirinya masing-masing, terlepas apakah dia bernilai bagi manusia atau tidak.

Untuk memperbaiki dan mendapatkan kualitas kehidupan yang lebih baik dimasa depan, diperlukan gerakan dari semua elemen. Tidak hanya pemerintah seluruh negara di dunia, melainkan juga tiap umat manusia di muka bumi ini. Sudah saatnya kita nyatakan tidak pada kerusakan lingkungan, dan bergerak maju untuk menjamin keberlanjutan ekologi.

Read Full Post »

Batubara adalah batuan sedimen (padatan) yang dapat terbakar, berasal dari tumbuhan, yang pada kondisi tertentu tidak mengalami proses pembusukan dan penghancuran yang sempurna karena aktivitas bakteri anaerob, berwarna coklat sampai hitam yang sejak pengendapannya terkena proses fisika dan kimia, yang mana mengakibatkan pengayaan kandungan karbon.

Proses pembentukan batubara dari tumbuhan melalui dua tahap, yaitu :

1. Tahap pembentukan gambut (peat) dari tumbuhan yang disebut proses peatification

Gambut adalah batuan sedimen organik yang dapat terbakar yang berasal dari tumpukan hancuran atau bagian dari tumbuhan yang terhumifikasi dan dalam keadaan tertutup udara (dibawah air), tidak padat, kandungan air lebih dari 75 %, dan kandungan mineral lebih kecil dari 50% dalam kondisi kering.

2. Tahap pembentukan batubara dari gambut yang disebut proses coalification

Lapisan gambut yang terbentuk kemudian ditutupi oleh suatu lapisan sedimen, maka lapisan gambut tersebut mengalami tekanan dari lapisan sedimen di atasnya. Tekanan yang meningkatakan mengakibatkan peningkatan temperatur. Disamping itu temperatur juga akan meningkat dengan bertambahnya kedalaman, disebut gradien geotermik. Kenaikan temperatur dan tekanan dapat juga disebabkan oleh aktivitas magma, proses pembentukan gunung api serta aktivitas tektonik lainnya.

Peningkatan tekanan dan temperatur pada lapisan gambut akan mengkonversi gambut menjadi batubara dimana terjadi proses pengurangan kandungan air, pelepasan gas gas (CO2, H2O, CO, CH4), peningkatan kepadatan dan kekerasan serta penigkatan nilai kalor. Komposisi batubara terdiri dari unsur C, H, O, N, S, P, dan unsur unsur lain (air, gas, abu)

Secara Horisontal maupun Vertikal endapan batubara bersifat heterogen. Perbedaan secara horisontal disebabkan oleh:

-Perbedaan kondisi lapisan tanah penutup

-Mineral pengotor yang dibawa oleh sedimen rawa.

Perbedaan vertikal terjadi karena:

Pengendapan berkali-kali, endapan yang paling bawah yang paling tua dengan kualitas terbaik.

Teori Berdasarkan Tempat Terbentuknya

Teori Insitu :

Bahan-bahan pembentuk lapisan batubara terbentuk ditempat dimana tumbuh-tumbuhan asal itu berada. Dengan demikian setelah tumbuhan mati, belum mengalami proses transportasi segera tertutup oleh lapisan sedimen dan mengalami proses coalification.

Ciri : – Penyebaran luas dan merata

– Kualitas lebih baik

Contoh : Muara Enim

Teori Drift:

Bahan-bahan pembentuk lapisan batubara terjadi ditempat yang berbeda dengan tempat tumbuhan semula hidup dan berkembang. Dengan demikian tumbuhan yang telah mati mengalami transportasi oleh media air dan terakumulasi disuatu tempat, tertutup oleh lapisan sedimen dan mengalami coalification.

Ciri : – Penyebaran tidak luas tetapi banyak

– Kualitas kurang baik (mengandung pasir pengotor).

Contoh : pengendapan delta di aliran Sungai Mahakam.

Reaksi Pembentukan Batubara

Cellulosa Lignit gas metan : 5(C6H10O5) à C20H22O4 + 3CH4 + 8H2O  +6CO2 + CO

Cellulosa bitumine gas metan : 5(C6H10O5)à C20H22O4 + 3CH4 + 8H2O +6CO2 + CO

Bentuk Lapisan-lapisan Batubara

Berdasarakan lapisan batubara dibagi menjadi dua yaitu:

– Plies (lapisan utuh)

– Split (terdapat 2 lapisan atau lebih)

Pada awal pembentukan gambut sebagian besar perlapisan mendatar (tergantung dari topografi cekungan pengendapannya).

Setelah bekerja gaya geologi akan terdapat bermacam-macam bentuk perlapisan Batubara.

1. Horse Back (terjadi post depositional)

2. Pinch (terjadi post depositional)

3. Burriea Hill ( terjadi karena adanya intrusi magma)

4. Fault (patahan)

Patahan bukan hanya terjadi karena gempa namun juga bisa karena lapisan dibawahnya adalah pasir yang dalam keadaan jenuh bisa berpindah.

5. Lipatan

Kualitas dan Potensi Pemanfaatan Batubara

Kualitas batubara adalah sifat fisika dan kimia dari batubara yang mempengaruhi potensi kegunaannya. Kualitas batubara ditentukan oleh maseral dan mineral matter penyusunnya, serta oleh derajat coalification (rank). Perubahan kimiawi dan fisika terus berlangsung hingga batu bara menjadi lebih keras dan warnanya lebih hitam sehingga membentuk bituminus (bituminous) atau antrasit (anthracite). Dalam kondisi yang tepat, peningkatan maturitas organik yang semakin tinggi terus berlangsung hingga membentuk antrasit.

Umumnya, untuk menentukan kualitas batubara dilakukan analisa kimia pada batubara yang diantaranya berupa analisis proksimat dan analisis ultimat. Analisis proksimat dilakukan untuk menentukan jumlah air (moisture), zat terbang (volatile matter), karbon padat (fixed carbon), dan kadar abu (ash), sedangkan analisis ultimat dilakukan untuk menentukan kandungan unsur kimia pada batubara seperti : karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen, sulfur, unsur tambahan dan juga unsur jarang.

Pengklasifikasian batubara didasarkan pada derajat dan kualitas dari batubara tersebut, yaitu:

a) Gambut (peat)

Golongan ini sebenarnya belum termasuk jenis batubara, tapi merupakan bahan bakar. Hal ini disebabkan karena masih merupakan fase awal dari proses pembentukan batubara. Endapan ini masih memperlihatkan sifat awal dari bahan dasarnya (tumbuh-tumbuhan).

b) Lignite (Batubara Cokelat, ”Brown Coal”)

Golongan ini sudah memperlihatkan proses selanjutnya berupa struktur kekar dan gejala pelapisan. Apabila dikeringkan, maka gas dan airnya akan keluar. Endapan ini bisa dimanfaatkan secara terbatas untuk kepentingan yang bersifat sederhana, karena panas yang dikeluarkan sangat rendah.

c) Sub-Bituminous (Bitumen Menengah)

Golongan ini memperlihatkan ciri-ciri tertentu yaitu warna yang kehitam-hitaman dan sudah mengandung lilin. Endapan ini dapat digunakan untuk pemanfaatan pembakaran yang cukup dengan temperatur yang tidak terlalu tinggi.

d) Bituminous

Golongan ini dicirikan dengan sifat-sifat yang padat, hitam, rapuh (brittle) dengan membentuk bongkah-bongkah prismatik. Berlapis dan tidak mengeluarkan gas dan air bila dikeringkan. Endapan ini dapat digunakan antara lain untuk kepentingan transportasi dan industri.

e) Anthracite

Golongan ini berwarna hitam, keras, kilap tinggi, dan pecahannya memperlihatkan pecahan chocoidal. Pada proses pembakaran memperlihatkan warna biru dengan derajat pemanasan yang tinggi. Digunakan untuk berbagai macam industri besar yang memerlukan temperatur tinggi.

Semakin tinggi kualitas batubara, maka kadar karbon akan meningkat, sedangkan hidrogen dan oksigen akan berkurang. Batubara bermutu rendah, seperti lignite dan sub-bituminous, memiliki tingkat kelembaban (moisture) yang tinggi dan kadar karbon yang rendah, sehingga energinya juga rendah. Semakin tinggi mutu batubara, umumnya akan semakin keras dan kompak, serta warnanya akan semakin hitam mengkilat. Selain itu, kelembabannya pun akan berkurang sedangkan kadar karbonnya akan meningkat, sehingga kandungan energinya juga semakin besar.

Secara umum, parameter kualitas batubara yang sering digunakan adalah:

a) Kalori (Calorivic Value atau CV, satuan cal/gr atau kcal/gr)

CV merupakan indikasi kandungan nilai energi yang terdapat pada batubara, dan merepresentasikan kombinasi pembakaran dari karbon, hidrogen, nitrogen, dan sulfur.

b) Kadar kelembaban (Moisture, satuan persen)

Hasil analisis untuk kelembaban terbagi menjadi free moisture (FM) dan inherent moisture (IM). Jumlah dari keduanya disebut dengan Total Moisture (TM). Kadar kelembaban ini mempengaruhui jumlah pemakaian udara primer untuk mengeringkan batubara tersebut.

c) Zat terbang (Volatile Matter atau VM, satuan persen)

Kandungan VM mempengaruhi kesempurnaan pembakaran dan intensitas api. Hal ini didasarkan pada rasio atau perbandingan antara kandungan karbon (fixed carbon) dengan zat terbang, yang disebut dengan rasio bahan bakar (fuel ratio). Semakin tinggi nilai fuel ratio, maka jumlah karbon di dalam batubara yang tidak terbakar juga semakin banyak. Jika perbandingan tersebut nilainya lebih dari 1,2 maka pengapian akan kurang bagus sehingga mengakibatkan kecepatan pembakaran menurun.

d) Kadar abu (Ash content, satuan persen)

Semakin tinggi kadar abu, secara umum akan mempengaruhi tingkat pengotoran, keausan, dan korosi peralatan yang dilalui.

e) Kadar sulfur (Sulfur content, satuan persen)

Kandungan sulfur dalam batubara biasanya dinyatakan dalam Total Sulfur (TS). Kandungan sulfur ini berpengaruh terhadap tingkat korosi sisi dingin yang terdapat pada pemanas udara, terutama apabila suhu kerja lebih rendah daripada titik embun sulfur. Selain itu, berpengaruh juga terhadap efektivitas penangkapan abu pada electrostatic presipitator.

f) Kadar karbon (Fixed carbon atau FC, satuan persen)

Nilai kadar karbon ini semakin bertambah seiring dengan meningkatnya kualitas batubara. Kadar karbon dan jumlah zat terbang digunakan sebagai perhitungan untuk menilai kualitas bahan bakar, yaitu berupa nilai fuel ratio.

g) Ukuran (Coal size)

Ukuran batubara dibatasi pada rentang butir halus dan butir kasar. Butir paling halus untuk ukuran maksimum 3 mm, sedangkan butir paling kasar sampai dengan ukuran 50 mm.

h) Tingkat ketergerusan (Hardgrove Grindability Index atau HGI)

Kinerja pulverizer atau mill dirancang pada nilai HGI tertentu. Untuk HGI lebih rendah, mesin harus beroperasi lebih rendah dari nilai standarnya untuk menghasilkan tingkat kehalusan yang sama.

Penggunaan Batubara


Batubara memiliki berbagai penggunaan yang penting di seluruh dunia. Penggunaan yang paling penting adalah untuk membangkitkan tenaga listrik, produksi baja, pembuatan semen dan proses industri lainnya serta bahan bakar cair. Selain itu, batubara juga merupakan suatu bahan yang penting dalam pembuatan produk-produk tertentu seperti karbon aktif (digunakan pada saringan air dan pembersih udara serta mesin pencuci darah), serat karbon (bahan pengeras yang sangat kuat namun ringan yang digunakan pada konstruksi), dan metal silikon (digunakan untuk memproduksi silikon dan silan, yang digunakan untuk membuat pelumas, bahan kedap air, dan resin). Hasil sampingan dari batubara juga dapat digunakan untuk memproduksi beberapa produk kimia seperti minyak kreosot, naftalen, fenol, dan benzene.

Batubara dan Lingkungan Hidup


Konsumsi energi kita dapat memiliki dampak penting terhadap lingkungan hidup. Menekan dampak negatif dari kegiatan manusia terhadap lingkungan hidup merupakan prioritas global. Sementara batubara memberikan kontribusi yang penting bagi perkembangan ekonomi dan sosial di seluruh dunia, dampak terhadap lingkungan hidup merupakan suatu masalah.

Masalah yang berkaitan dengan batubara antara lain:

§ Tambang batubara. Gangguan lahan, amblesan tambang, pencemaran air, serta polusi debu dan suara.

§ Penggunaan batubara. Munculnya polutan, seperti oksida belerang dan nitrogen (SOx dan NOx), partikel dan unsur penelusuran (merkuri), emisi karbondioksida (CO2), dan emisi partikel-partikel halus (abu).

Untuk mengurangi dampak-dampak negatif tersebut, digunakan teknologi batubara bersih (Clean Coal Technology), yang mampu meningkatkan kinerja lingkungan batubara. Teknologi ini dapat mengurangi emisi, mengurangi limbah, dan meningkatkan jumlah energi yang diperoleh dari setiap ton batubara.

Contoh teknologi batubara bersih antara lain teknologi pembersihan dan pengolahan batubara untuk meningkatkan mutu batubara dengan menurunkan kadar belerang dan mineral. Kemudian, penggunaan electrostaric presipitator untuk menangkap emisi partikel-partikel halus. Kemudian, penggunaan FGD (flue gas desulphurization) untuk meminimalisasi emisi SOx , serta SCR (Selective Catalytic Reduction) dan SNCR (Selective Non Catalytic Reduction) untuk mengurangi emisi NOx. Selain itu, untuk mengurangi emisi SOx dan NOx juga dapat digunakan teknologi FBC (Fluidized Bed Combustion). Sedangkan teknologi untuk mengurangi emisi CO2 adalah CCS (Carbon Capture and Storage). Teknologi-teknologi tersebut selain dapat mengurangi emisi batubara, juga dapat meningkatkan efektivitas dari pembakaran batubara.

Indonesia saat ini menjadi negara eksportir batubara terbesar di dunia menggeser Australia. Saat ini Indonesia memiliki cadangan batubara mencapai 61,3 miliar ton, dimana sebanyak 6,7 miliar ton merupakan cadangan terbukti

Cadangan batubara di Indonesia sangat banyak. Batubara di indonesia berumur Tersier tersebar di sumatera berjumlah 24,7 milyar ton (69,7%) di kalimantan 11,5 milyar ton (31,6%) dan sisanya di Jawa, Sulawesi dan Irian Jaya. Sebagian besar (60%) berjenis lignit dengan ciri-ciri mengandung kadar air total tinggi (lebih dari 30%) nilai kalor antara 400-500 kcal/kg. Batuan jenis ini terdapat di Sumatera Selatan dan Kalimantan Selatan, sedangkan sebagian lagi (36%) termasuk batubara jenis subbituminus dan bituminus dengan ciri-ciri kandungan kadar air total 15% dan nilai kalor antara 6000-7000 kcal/kg. Sebagian kecil ditemukan batubara jenis antrasit dan semi antrasit yang terdapat di Sumatera Selatan (Bukit Asam) dan mungkin di Kalimantan Barat dan daerah lainnya yang berhubungan dengan intrusi batuan beku terdapat batuan sedimen yang mengandung batubara. Melihat prospeknya dimasa mendatang banyak perusahaann-perusahaan yang bergerak di bidang ekplorasi dan eksploitasi batubara. Secara umum endapan batu bara utama di Indonesia terdapat dalam tipe endapan batubara Ombilin, Sumatera Selatan, Kalimantan Timur dan Bengkulu.

Berdasarkan proses sedimentasi dan pengaruh tektonik, karakteristik geologi tersebut dapat

dikelompokkan menjadi tiga kelompok utama :

1. Kelompok geologi sederhana

Endapan batubara dalam kelompok ini umumnya tidak dipengaruhi oleh aktivitas tektonik, seperti sesar, lipatan, dan intrusi. Lapisan batu barapada umumnya landai, menerus secara lateral sampai ribuan meter, dan hampir tidak mempunyai percabangan. Ketebalan lapisan batu barasecara lateral dan kualitasnya tidak memperlihatkan variasi yang berarti. Contoh jenis kelompok ini antara lain, di lapangan Bangko Selatan dan Muara Tiga Besar (Sumatera Selatan), Senakin Barat (Kalimantan Selatan), dan Cerenti (Riau).

2. Kelompok geologi moderat

Batubara dalam kelompok ini diendapkan dalam kondisi sedimentasi yang lebih bervariasi dan sampai tingkat tertentu telah mengalami perubahan pasca pengendapan dan tektonik. Sesar dan lipatan tidak banyak, begitu pula pergeseran dan perlipatan yang diakibatkannya relatif sedang. Kelompok ini dicirikan pula oleh kemiringan lapisan dan variasi ketebalan lateral yang sedang serta berkembangnya percabangan lapisan batu bara, namun sebarannya masih dapat diikuti sampai ratusan meter. Kualitas batubara secara langsung berkaitan dengan tingkat perubahan yang terjadi baik pada saat proses sedimentasi berlangsung maupun pada pasca pengendapan. Pada beberapa tempat intrusi batuan beku mempengaruhi struktur lapisan dan kualitas batubaranya. Endapan batu barakelompok ini terdapat antara lain di daerah Senakin, Formasi Tanjung (Kalimantan Selatan), Loa Janan-Loa Kulu, Petanggis (Kalimantan Timur), Suban dan Air Laya (Sumatera Selatan), serta Gunung Batu Besar (Kalimantan Selatan).

3. Kelompok geologi kompleks

Batu barapada kelompok ini umumnya diendapkan dalam sistim sedimentasi yang komplek atau telah mengalami deformasi tektonik yang ekstensif yang mengakibatkan terbentuknya lapisan batu baradengan ketebalan yang beragam. Kualitas batubaranya banyak dipengaruhi oleh perubahan-perubahan yang terjadi pada saat proses sedimentasi berlangsung atau pada pasca pengendapan seperti pembelahan atau kerusakan lapisan (wash out).

Pergeseran, perlipatan dan pembalikan (overtumed) yang ditimbulkan oleh aktivitas tektonik, umum dijumpai dan sifatnya rapat sehingga menjadikan lapisan batu bara sukar dikorelasikan. Perlipatan yang kuat juga mengakibatkan kemiringan lapisan yang terjal. Secara lateral, sebaran lapisan batu/baranya terbatas dan hanya dapat diikuti sampai puluhan meter. Endapan batu baradari kelompok ini, antara lain, diketemukan di Ambakiang, Formasi Warukin, Ninian, Belahing dan Upau (Kalimantan Selatan), Sawahluhung (Sawahlunto. Sumatera Barat). daerah Air Kotok (Bengkulu), Bojongmanik (Jawa Barat), serta daerah batu barayang mengalami ubahan intrusi batuan beku di Bunian Utara (Sumatera Selatan).

Read Full Post »

Istilah geothermal berasal dari bahasa Yunani, geo yang berarti bumi dan therme berarti panas. Energi geotermal merupakan energi yang dibangkitkan dari panas yang tersimpan di bawah permukaan bumi. Energi geothermal adalah energi yang dihasilkan oleh tekanan panas bumi. Panas ini bernilai sangat besar karena setiap penurunan 100 meter akan terjadi kenaikan suhu sebesar 3° C. Panas bumi tertinggi terdapat dalam inti bumi. Dengan demikian, dapat dipastikan bahwa energi yang dihasilkan pun akan banyak juga. Sumber energi ini merupakan salah satu alternatif yang diharapkan dapat menyelesaikan ketergantungan dunia terhadap bahan bakar fosil.

Geothermal vent. Dari www.sxc.hu

Beberapa alasan mengapa perlu beralih ke energi geotermal di antaranya adalah :

a. Potensi energi geotermal sangat besar

Negara Indonesia dilewati sekitar 20 % panjang sabuk api (ring of fire). Jalur ini merupakan jalur dimana gunung api banyak dijumpai. Dari gunung-gunung api inilah sumber panas diperoleh. Menurut perkiraan yang tercatat hingga saat ini ada sekitar 20 ribu MW setara 40 % potensi panas bumi dunia. Akan tetapi, baru sekitar 3-4 % saja yang dimanfaatkan. Hal tersebut disebabkan karena pada prinsipnya daya kalor panasnya sendiri tidak akan habis dalam ratusan bahkan ribuan tahun.

b. Kemudahan teknologi energi geothermal merupakan energi yang dihasilkan oleh panas bumi. Panas atau suhu tinggi ini sangat mudah dimengerti sebagai sumber energi. Akan tetapi, perlu adanya transformasi energi ke dalam bentuk energi lain sehingga siap pakai. Saat ini teknologi pemanfataan geothermal sudah ada, namun karena Indonesia termasuk daerah tropis kebutuhan panas ini tidak banyak diperlukan. Penerangan di Indonesia hampir 100% mempergunakan listrik. Teknologi konversi energi panas (steam) menjadi energi listrik sudah terbukti sehingga secara teknologi tidak ada masalah dengan pemanfaatan energi geothermal ini. Kereta Api listrik di Jakarta sudah sejak lama memanfaatkan listrik sebagai sumber penggeraknya. Hal ini tentunya juga akan sangat mungkin untuk memanfaatkan geothermal sehingga dipergunakan sebagai energi pembangkit energi listrik juga untuk kebutuhan industri (lapangan kerja).

c. Menyelamatkan lingkungan

Pemanfaatan energi geotermal dalam bentuk pembangkit listrik bersifat ramah lingkungan. Hal ini disebabkan karena pembangkit energi geotermal tidak membutuhkan bahan bakar untuk menghasilkan listrik sehingga level emisinya sangat rendah. Ia membebaskan 1 sampai 3 % karbondioksida dari yang dikeluarkan energi fosil. Pembangkit tenaga geotermal menggunakan sistem pencuci untuk membersihkan udara dari hidrogen sulfida (H2S) yang secara alami ditemukan di dalam uap air dan air panas. Pembangkit tenaga geotermal membebaskan kurang dari 97 % hujan asam-penyusun sulfur daripada bahan bakar fosil. Setelah uap air dan air dari reservoir tenaga geotermal digunakan, air kemabali diinjeksikan ke tanah. Selebihnya, karena level emisinya rendah, maka pemanfaatannya pun mengurangi keberlanjutan global warming.

d. Tidak membutuhkan pasokan bahan bakar

Setelah dilakukan pembandingan capacity factor, ternyata pembangkit listrik yang mempunyai capacity factor tertinggi adalah pembangkit listrik tenaga geotermal (PLTG).

Beberapa dampak yang mungkin terjadi antara lain :

  1. Ancaman terhadap keberadaan hutan lindung,
  2. Amblesan tanah (subsidence),
  3. Pengurangan air tanah ataupun mata air,
  4. Penggundulan hutan, dan erosi.
  5. Ancaman bencana longsor, gas beracun, amblasan, kekeringan, dan kebakaran.

Pembangunan pembangkit tenaga geotermal mempengaruhi kestabilan tanah di beberapa daerah. Hal ini terjadi ketika air diinjeksikan ke lapisan batuan kering ketika di sana tidak ada air sebelumnya. Uap kering dan uap dalam skala kecil juga membebaskan dalam level rendah gas karbon dioksida, nitrit oksida, sulfur meskipun hanya sekitar 5% dari level jika menggunakan bahan bakar fosil. Meskipun demikian, pembangkit listrik tenaga geotermal dapat dibangun dengan sedikit emisi dengan membuat sistem kontrol yang dapat menginjeksikan gas-gas ke dalam tanah dengan mengurangi emisi karbon agar kurang dari 0.1% dari total emisi dengan pembangkit listrik dengan bahan bakar fosil. Meskipun lapisan geotermal dapat menghasilkan panas dalam beberapa dekade akan tetapi secara spesifik beberapa lokasi akan mengalami pendinginan karena pembangunan sumber yang terlalu luas sementara hanya sedikit energi yang tersedia.

Geotermal di Indonesia

Di Indonesia, energi geotermal belum dimanfaatkan dengan baik. Sumber geotermal di Indonesia terdapat di sepanjang Sumatra, Jawa, dan Sulawesi. Sebagian besar sumber energi geotermal hanya dimanfaatkan sebagai tempat wisata dan hanya sedikit yang dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik seperti Wayang Windu yang terdapat di Pangalengan, Jawa Barat. Indonesia memiliki potensi besar dari sumber energi panas bumi. In 2003, the countries geothermal energy potential was about 27 GWe in which the high temperature geothermal resources spread in 170 regions of Indonesia , mostly within the Sumatra, Java, Sulawesi , and Eastern Island Volcanic Zone. Pada tahun 2003, potensi energi panas bumi adalah sekitar 27 GWe di mana tingginya suhu panas bumi tersebut tersebar di 170 wilayah di Indonesia, sebagian besar di Sumatra, Jawa, Sulawesi, dan Zona Timur Pulau volkanis. Twenty one (21) areas among those high temperature geothermal resources with electricity-generating capabilities exist and being developed in: Dua puluh satu wilayah yang tinggi suhu panas bumi dengan daya listrik yang ada dan berkembang pada :

· Sibayak, Salak, Wayang Windu, Kamojang, Darajat, Lahendong, and Dieng, which has seven high temperature systemSibayak, Salak, Wayang Windu, Kamojang, Darajat, Lahendong, dan Dieng, yang memiliki tujuh sistem suhu tinggi. These are used for electricity generation of 807 MWe operated by PERTAMINA – a state owned oil company, own or with its contractors (Table 2). Ini digunakan untuk generasi listrik 807 MWe dioperasikan oleh Pertamina.

· Sarula, Sungaipenuh, Hululais-Tambang Sawah, Lumut Balai, Ulu Belu, Kawah Cibuni, Patuha, Karaha, Iyang- Argopuro, Bedugul, and Kotamobagu, which has eleven high temperature systems, non of which is used for electricity, and currently are under developing of by PERTAMINA own or with its contractors for electricity generation. Sarula, Sungaipenuh, Hululais-Tambang Sawah, Lumut Balai, Ulu Belu, Kawah Cibuni, Patuha, Karaha, iyang-Argopuro, Bedugul, dan Kotamobagu, yang memiliki sebelas sistem suhu tinggi, bukan yang digunakan untuk listrik, dan saat ini berada di bawah perkembangan Pertamina sendiri atau dengan kontraktor listrik.

· Tulehu, Mataloko, and Ulumbu, yang memiliki tiga sistem suhu tinggi, dioperasikan oleh PLN.

Salah satu perusahaan energi dunia yang mengelola energi geotermal di Indonesia adalah Chevron, dengan dua unit geotermalnya yang dibangun di daerah Garut dan Sukabumi, Jawa Barat.

Read Full Post »

ENDAPAN EMAS EPITERMAL

A. Genesa Endapan Emas Epitermal :

Jenis endapan emas epitermal pada 500 m bagian atas dari suatu sistem hidrotermal. Disini terjadi perubahan-perubahan suhu dan tekanan yang maksimum yang mengalami fluktuasi-fluktuasi yang cepat. Fluktuasi-fluktuasi tekanan ini menyebabkan perekahan hidraulik (hydraulic fracturing), pendidihan (boiling), dan perubahan-perubahan hidrologi sistem yang mendadak. Proses-proses fisika ini secara langsung berhubungan dengan proses-proses kimiawi yang menyebabkan mineralisasi.

B. Hubungannya dengan himpunan mineralnya :

Terdapat suatu kelompok unsur-unsur yang umumnya berasosiasi dengan mineralisasi epitermal, meskipun tidak selalu ada atau bersifat eksklusif dalam sistem epitermal. Asosiasi klasik unsur-unsur ini adalah: emas (Au), perak (Ag), arsen (As), antimon (Sb), mercury (Hg), thallium (Tl), dan belerang (S). Dalam endapan yang batuan penerimanya karbonat (carbonat-hosted deposits), arsen dan belerang merupakan unsur utama yang berasosiasi dengan emas dan perak, beserta dengan sejumlah kecil tungsten/wolfram (W), molybdenum (Mo), mercury (Hg), thallium (Tl), antimon (Sb), dan tellurium (Te); serta juga fluor (F) dan barium (Ba) yang secara setempat terkayakan. Dalam endapan yang batuan penerimanya volkanik (volcanic-hosted deposits) akan terdapat pengayaan unsur-unsur arsen (As), antimon (Sb), mercury (Hg), dan thallium (Tl); serta logam-logam mulia (precious metals) dalam daerah-daerah saluran fluida utama, sebagaimana asosiasinya dengan zone-zone alterasi lempung. Logam-logam dasar (base metals) karakteristiknya rendah dalam asosiasinya dengan emas-perak, meskipun demikian dapat tinggi pada level di bawah logam-logam berharga (precious metals) atau dalam asosiasi-nya dengan endapan-endapan yang kaya perak dimana unsur mangan juga terjadi. Cadmium (Cd), selenium (Se) dapat berasosiasi dengan logam-logam dasar; sedangkan fluor (F), bismuth (Bi), tellurium (Te), dan tungsten (W) dapat bervariasi tinggi kandungannya dari satu endapan ke endapan yang lainnya; serta boron (B) dan barium (Ba) terkadang terkayakan. Kebanyakan emas epitermal terdapat dalam vein-vein yang berasosiasi dengan Alterasi Quartz-Illite yang menunjukkan pengendapan dari fluida-fluida dengan pH mendekati netral (Fluida-fluida Khlorida Netral). Dalam alterasi dan mineralisasi dengan jenis fluida ini, emas dijumpai dalam vein, veinlet, breksi ekplosi atau breksi hidrotermal, dan stockwork atau stringer Pyrite+Quartz yang berbentuk seperti rambut (hairline). Emas epitermal juga terdapat dalam Alterasi Advanced-Argillic dan alterasi-alterasi sehubungan yang terbentuk dari Fluida-fluida Asam Sulfat. Dalam alterasi dan mineralisasi dengan jenis fluida ini, emas dijumpai dalam veinlet, batuan-batuan silika masif, atau dalam rekahan-rekahan atau breksi-breksi dalam batuan yang tersilisifikasikan, serta dapat hadir bijih tembaga seperti enargite, luzonite, dan covelite.

C. Keterdapatannya di Indonesia :

Endapan emas epitermal salah satunya seperti Waterfall terletak di Kahayan Hulu Propinsi Kalimantan Tengah. Secara geografis terletak pada posisi 113 derajat 28 08 – 113 derajat 29 42.2 E dan 00 derajat 28 50.7 – 00030 10.1 S. Alterasi hidrotermal berkembang dengan baik menghasilkan urat-urat kuarsa maupun kalsit (stockwork) yang membawa bijih emas dan mineral-mineral sulfida lainnya seperti pirit, chalkopirit, sphalerit, hematit, magnetit, kovelit, bornit dan galena. Di Waterfall terdapat tiga zone alterasi hidrotermal, yaitu zone karbonat-kalsit-serisit/muskovit (zone phillik), zone klorit-kalsit- kuarsa-epidot (zone propilitik dalam) dan zone karbonat- klorit-zeolit-silika (zone sub propilitik). Dari analisis petrografi dan inklusi fluida didapatkan endapan emas Waterfall termasuk kedalam tipe endapan sulfida rendah (low sulphidation), terbentuk pada temperatur antara 240 derajat -250 derajat C dengan salinitas 8.15, 5.50 dan 4.03% berat NaCl ekivalen. Endapan ini terbentuk pada kedalaman 350-417 m di bawah paleo surface, berada pada bagian atas zone logam dasar (base metals). Eksplorasi diarahkan pada zone propilitik dalam yang banyak mengandung mineral bijih.

Read Full Post »